Friday, October 30, 2009

7 cara hidup sehat

Dokter Umum Stop Merokok Agar sehat, masyarakat butuh dua hal: pemerintah yang bijak dan tertib berpola hidup sehat. Untuk memahami pola hidup sehat, orang tak perlu menjadi dokter. Wawasan sehat diperoleh dari membaca, mendengar dan menyaksikan uraian kesehatan. Berikut ini beberapa di antaranya.



Orang suka bilang, “Saya tidak takut sakit karena saya punya uang untuk menyembuhkanya”. Pikiran itu tidak sepenuhnya benar. Strategi yang bijak seyogianya bukanlah itu. Lalu bagaimana?

Tidak semua kesembuhan bisa dibeli dengan uang, selain tidak semua penyakit bisa sembuh tanpa menyisakan kecacatan atau kelemahan. Sikap kita terhadap ancaman penyakit, arifnya berikthiar agar jangan sampai jatuh sakit dan itu masih mungkin kita lakukan.

Ada cerita seorang miliader rela menyerahkan separuh hartanya untuk mengembalikan kondisi jantungnya yang sudah telanjur sakit. Sayang, seluruh hartanya pun tak sanggup mereparasi penyakit jantungnya karena sudah rusak, Uang sebanyak apa pun tak mungkin memulihkannya. Dari situ kita belajar bahwa untuk sehat perlu investasi, bukan sekadar ongkos.

Penyakit sendiri ada dua kelmpok. Yang bisa dicegah dan sebetuknya tak perlu terjadi, dan kelompok penyakit yang harus diterima saja (kelainan gen, cacat bawaan), tetapi bisa dijinakkan. Tubuh seseorang bisa menghadapi keduanya sekaligus.

Namun, seberap pun besar ancaman penyakit, asal tahu caranya tak perlu penyakit merongrong secara ekonomi, jasmani, maupun rohani. Cita-cita ideal itu, bukan mustahil bisa kita raih.

Semua penyakit yang bisa dicegah sesungguhnya tak perlu terjadi kalau kita mau berikthiar. Namun, lebuh separuh penyakit yang muncul sehari-hari adalah jenis yang sesungguhnya tak perlu terjadi. Hanya lantaran kita kurang memahami kiatnya, termasuk memahami nutrisim mencegah infeksi, dan membiarkan lingkungan merusak tubuh, yang tak perlu terjadi itu ternyata merongrong kita.

Salah satu ikthiar itu ialah sikpa ketaatan menjalankan pola hidup sehat. Kiat sehat paling populer dilakukan dengan menjalani tujuh kebiasaan pribadi (nadra B. Bellock dan Lester Breslow): (1) kebersihan pribadi (2) cukup tidur; (3) makan memadai; (4) tak lupa sarapan; (5) menjaga berat badan ideal; (6) teratur bergerak badan; (7) jauhi rokok.

1. Kebersihan Pribadi
Bahkan di negara maju pun soal mencuci tangan yang benar masih perlu ditata ulang. Mengapa? Karena dari cuci tangan yang tidak benar berpotensi melahirkan banyak masalah kesehatan. Tanpa membasuh tangan dengan benar, kita menjadi sakit yang sebetulnya tak perlu terjadi.

Tak cukup tersentuh air belaka, membasuh tangan yang benar perlu sabun. Kebanyakan kita, alih-alih membasuh tangan secara sehat, sering-sering menyentuh penganan atau langsung duduk di meja makan sebelum tangan terbasuh sempurna.

Bila tangan tak bersih, penyakit perut (faecal-oral) muncul. Termasuk terancam kasus SARS, flu burung, influenza (bisa jadi berasal daari jemari yang menyentuh tombol lift, pegangan pintu, gagang telepon, perabotan di tempat umum, uang, bersalaman). Jemari tangan perlu dibuat steil dari kemungkinan tercemar seperti itu.

Kuman dan virus dari mana-mana umumnya berasal dari luar memasuki tubuh lewat makanan, minuma, liang hidung (mengupil), menggigit jari, menyuap makanan tanpa sendok, Atau makanan dan minuman sendiri (jajanan, restoran, warung nasi) sudah tercemar bibit penyakit sejak awal lantaran pembuat atau penyajinya tidak higienis (rata-rata berasal dari makanan-minuman jajanan mentah atau tidak panas).

Bibit penyakit juga bisa berasal dari pakaian, sepatu, sandal, rambut, setelah berpergian keluar rumah. Terlebih bila baru kembali dari tempat-tempat umum, pasar, rumah sakit, mal, kendaraan umum. Itu sebab penting membersihkan diri setiap kali habis berpergian. Menukar pakaian luar dan tidak membawanya ke kamar tidur.

Pulang daru berpergian biasakan sandal dan sepat ditinggalkan di luar kamar, kalau perlu langsung menyiram rambut (jika tidak mau keramas) karena di bagian-bagian itulah segala bibit penyakit dari udara, lantai, kemungkinan sudah melekat.

Perlu membasuh tangan sampai lengan, dan permukaan kulit yang bersentuhan dengan apa saja selama di luar rumah, serta membasuh muka, termasuk membersihkan liang hidung dengan air sabun. Pada bagian-bagian itu kemungkinan bibit penyakit selama berada di luar rumah sudah menempel.

Dengan cara itu serangan flu jenis apa saja serta ancaman semua penyakit saluran pernapasan maupun pencernaan bisa digagalkan. Ongkos menyembuhkan flu atau mencret memang tak seberapa, tetapi aktivitas harian kita jadi terganggu. Itupun kalau tak sampai komplikasi ke paru-pari, sinusitis, congek atau dehidrasi, sehingga harus masuk rumah sakit. Tak ada ampun bila SARS dan flu burung yang menyerang.

2. Cukup tidur
Kebutuhan tidur rata-rata sekitar 7-8 jam. Bahkan kuantitas semata, lebih mengejar kualitas tidur. Susah tidur atau tak bisa tidur merupakan bagian daru sejumlah penyakut. Bisa sebab penyakit fisik, lebih sering sebab penyakit jiwa. Namun, karena aktifitas pekerjaan atau mengabdi pada hiburan dan kepuasan diri (begadang nonton TV), orang cenderung menjadi kurang tidur.

Tidur bagian penting dari tubuh untuk memulihkan energi, selain mengganti bagian tubuh yang aus atau rusak. Bukan sekadar tidur malam ,sekarang terungkap kalauorang juga butuh tidur siang, Studi mutakhir mengungkap itu. Selain menambah bugar, tidur siang bikin panjang umur juga. Selain oleh penyakit, tidur menjadi tidak sehat juga bila alas tidur dan bantal tidak memenuhi standaar kesehatan. Gangguan punggung, leher, sehingga bangun tidur tidak bugarm bisa gara-gara kasur tidur atau bantal yang sudah tak memenuhi syarat.

Untuk memperoleh tidur yang sehat, biasakan jam tidur yang terjadwal. Tubuh kita bisa disetel untuk semua jadwal kegiatan harian, sehingga tertib kerja mesinnya, termasuk jadwal bangun tidur, waktu makan, waktu jeda, dan aktivitas seks juga.

3. Makan tiga kali sehari
Kesehatan kita ditentukan oleh apa yang kita makan juga. Bukan saja frekuensi, kecukupan tubuh akan semua zat gizi erlu terpenuhi porsinya. Semakin bervariasi menu harian, semakin memadai kecukupan zat gizi. Tubuh membutuhkan sekitar 40-an jebis zat gizi. Sebagian bersifat esensial atau tak bisa disediakan oleh tubuh, melainkan harus berasal dari makanan.

Kita butuh makan tiga kali sehari. Namun, bila pola makan harian kita bolak-balik hanya itu-itu saja lagi (monodiet), kecukupan tubuh akan semua zat gizi tidak terpenuhi.

Bukan pula porsi masing-masing zat gizi perlu tepat, kualitas menu juga ikut menentukan terpenuhi tidaknya kecukupan gizi tubuh kita. Bila menu harian tergolong ampas (junk food, menu siap saji), dan konsumsi itu berlangsung terus, lama-kelaman tubuh akan kekurangan gizi. Gejala orang modern kurang gizi terjadi sekarang ini, Itu maka produk suplemen makanan -minman sehat semakin banjir ditawarkan. Kalau saja kita tak keliru memilih menu.

Selain asap rokok, menu yang salah bisa menjadi penyebab kanker terbesar. Menu yang bijak itu proposional untuk masing-masing zat gizi yang tubuh butuhkan, dari bahan pilihan yang segar., tanpa pengawet, penyedap, pewarna, pemanis buatan (berbahaya), dan dikonsumsi tidak secara berlebihan.

Jadi tak cukup sekadar memenuhi nilai gizi saja bila menunya mengandung zat berbahaya. Apalah sayur mayur yang kita konsumsi tidak tercemar pestisida yang disemprotkan, sehingga orang perlu memilih tanaman organik yang bebas pestisida. Apakah dikulit buah yang kita gerogot tidak tersisa bahan kimia pengawet. Apa zat warna, penyedap, dan pengawetnya tidak berbahaya, dan dalam takaran yang diperkenankan?
Selain itu paakah men kita diolah secara benar? Apa kita gemar makan acar, ikan asin, beras putih (sosoh), air yang mengandung nitrat tinggi, atau oncom, kacang-kacangan yang tercemar jamur pembuat aflatoxin?

Bahaya menu mewah kaerna berisi lemak tinggi, tepung dan gula berlebihan, boros garam, tetapi rendah karbohidrat serta kurang serat, selain bahaya bumbu, penyedap, pengawet, dan pewarna serta zat kimia berbahaya lainnya.

Menu mewah juga berasal dari menu olahan, buatan pabrik yang tampak lebih memikat, lezat, tetapi bertabiat jahat buat kesehatan. Menu restoran siap saji, cenderung menjadikan lemak sebagai sumber kalori.

Lebih separuh porsi kalori diberikan oleh lemak dalam menu harian orang modern. Padahal, sehatnya jumlah kalori yang terbesar diperoleh dari karbohidrat (nasi, ubi, jagung, ketela). Selain itu, menu restoran dan menu mewah umumnya cenderung bukan barang segar. Selain kelewat lama diolah, bahan bakunya sudah lama disimpan, diawetkan, dan rusak oleh proses pemanasan selama dimasak.
Sampai usia lanjut tubuh memang terys membutuhkan protein. Protein hewani maupun protein nabati. Oleh karena protein hewani yang berasal dari daging merah (sapi, kambing, babi) banyak lemaknya, protein, lebih sehat diperoleh dari ikan (ayam, kelinci, kalkun yang tergolong daging putih). Ikan laut lebih baik dari ikan tawar, karena selain protein, minyak ikan omega-3 dan omega-6 dari laut dalam (deep sea) berkualitas sebagai antikolesterol juga.
Menu mewah cenderung memilih daging impor yang lebih mahal, meski tidak menyehatkan karena lebih banyak kandungan lemaknya. Dalam sehari, menu mewah rata-rata berisi sperlima ekor ayam potong atau daging yang setera, dan itu tidak menyehatkan.
Konsumsi gula orang modern cenderung terus meningkat, rata-rata 25 kg/kapita/tahun. Orang Amerika, Australia, dan Kuba bahkan mencapai 60 kg/kapita/tahun. Konsumsi gula berlebihan jelas tidak menyehatkan karena bikin kegemukan (obesitas), memperberat kencing manis dan penyakit metabolik lainnya yang tergolong sebagai “penyakit peradaban”, yakni jantung, kanker, kelainan usus diverticulitis, maupun kanker perut.
Selain kelewat manis, menu mewah juga boros garam dapur. Rata-rata konsumsi garam dapur menu kita sepupuh kali lipat kebutuhan tubuh. Bisa jadi itu sebabnya kasus hipertensi meningkat di kalangan pemuja menu mewah, selain berbuntut kencing manis juga. Kita tahu kegemukan memicu munculnya diabetes, selain bangkitnya kanker payudaram prostat, atau usus.
Mengapa? Karena menu mewah (yang rata-rata diolah high refined diet) akan mengubah flora (kuman penghuni) usus, dan merusak zat-zat pencernaan, sehingga berubah menjadi pemicu kanker (karsinogenik). Hal yang sama terjadi bila kita sering sembelit.
Bila tinja berada lebih maka di dalam usus, bakter usus berpeluang mengubah zat di sana menjadi karsiogenik. Kekurangan serat (fiber) dalam menu harian orang modern membuat rata-rata orang jadi sembelit dan tinggi angka kanker ususnya.
Menu berlemak tinggi juga mengubah komposisi bakteri usus, sehingga berubah menjadi zat karsiogenik sang pencetus kanker usus. Menu berlemak tinggi juga mengubah keseimbangan hormon seks di dalam tubuh, sehingga tubuh lebih sensitif terhadap cetusan kanker payudara.
Kita tahu, menu harian modern cenderung memakai campuran bahan kimia seperti formalin, pemanis buatan, sakarin, aspartam, penyedap buatan, selain zat warna (tekstil rhodamin B), yang berefek buruk terhadap kesehatan. Efeknya mungkin tidak langsung nyata, melainkan karsinogenik bersifat kumlatif setelah sekian puluh tahun dikonsumsi.
Kesehatan kita ditentukan oleh isi meja makan keluarga, selain oleh kebiasaan jajan atau memilih menu restoran. Kasus penyakit peradaban dagu berlipat (double chin), gara-gara lebih doyan menu restoran ketimbang menu rumah, Sesungguhnya semakin sederhana dan alami suatu menu, semakin harus dipilih karena menyehatkan.

4. Sarapan seperti menu pangeran
Betul. Sarapan mestinya lebih lengkap dari sekadar mengisi perut belakan. Mengapa? Tubuh membutuhkan kelengkapan zat gizi agar kerja mesin tubuh seharian berlangsung optimal. Kekurangan protein, mineral, dan zat gizi esensial yang tubuh butuhkan dari sarapan, tak tergantikan oleh makan siang dan makan malam kalau sarapan seadanya.
Agar tubuh bugar, sarapan memang perlu lengkap dan memadai (menu seimbang). Kinerja harian akan rendah saja bila tidak sarapan atau sarapan ala kadarnya saja, termasuk prestasi anak di sekolah.

5. Menjaga berat badan ideal
Berat badan dipertahankan agar senantiasa ideal. Parameter kelebihan atau kekurangan makan dilihat dari naik-turunnya berat badan. Untuk mengetahui berat badan ideal dapat dihitung dengan formula Body Mass Index. BMI = Berat badan (Kg) dibagi tinggi badan (M). Indeksnya berkisar 22-25. Lebih dari 25 dinilai gemuk dan kurang dari 20 dinilai kurus.
Seseorang akan menjadi gemuk kalau kelebihan kalori. Kelebihan kalori belum tentu berarti sudah kecukupan zat gizi bila menu tidak tergolong menu seimbang. Gemuk tetapi kurang gizi sering terjadi kini. Sudah disebut kalau kalori terbanyak dalam menu mewah diperoleh dari lemak (gorengan, gajih, santan), sedangkan dari menu tradisional diperoleh dari kelebihan makan nasi (ubi, ketelah, jagung, sagu).

6. Bergerak badan teratur
Tidak perlu berolahraga khusus, cukup bergerak badan. Jalan kaki masih tergolong yang terbaik. Bukan jalan kaki santai, melainkan tergopoh-gopoh (brisk walking), dengan laju 100 meter/menit atau 6 km/jam, selama 4-50 menit, 5-6 kali seminggu. Atau kalau menu dihitung nilai aerobiknya, diukur dari denyut nadi. Dinilai cukup bila tercapai nilai 6-80 persen dari (220-umur), dengan memperhatikan kondisi, dan ada tidaknya penyakit (jantung, diabetes).
Olahraga dan bergerak badan tidak menyembuhkan pembuluh darah yang sudah telanjur berkarat lemak (ateroklerosis), calon penyumbat pipa pembuluh koroner atau otak. Proses karat lemak itu sudah berlangsung sejak usia muda, berpuluh-puluh tahun apabila lemak darah (profil lipid) di biarkan tinggi (kolesterol).

7. Tidak merokok
Asap rokok tergolong karsinogenik kuat. Orang modern beresiko kena kanker dari asap rokok dan menu mewah. Tidak ada cara mengurangi risiko terkena kanker dari rokok kecuali berhenti merokok. Tidak juga dengan memilih rokok jenis mild.
Buat jantung, asap rokok ikut merusak pembuluh darah jantung, penambah tinggi hipertensi, dan efek bagusnya hanya memberi rasa segar (stimulasi otak). Merokok termasuk salah satu risiko terkena jantung koroner maupun stroke.
Perokok pasif sama berat, kalau bukan lebih berat dibanding perokok aktif. Perlu ditata ruang khusus merokok di setiap tempat-tempat umum. Kita juga tercemar ribuan zat dan gas di udara. Asap dan jelaga batu bara bila memasuk dengan campuran sulfur, asap mobil, gas CO, tumah hitam (timbel), selain ozon, dan hujan asam (akibat cemaran belerang).
Jadi, kalau ketaatan menjalani pola hidup sehat sudah tinggi sejak muda, dan sekarang pun belum terlambat memulainya, baik penyakit yang tak perlu terjadi maupun sekiranya membawa bakat terkena penyakut metabolik dan degeratif, tak perlu sampai menimpa diri kita. Berkat kencing manis dan darah tinggi mungkin tak perlu muncul. Begitu juga jika berbakat asam urat.
Dengan berpola hidup sehat sepanjang hayat, ada bonus umur lebih panjang dihadiahkan bagi hidup kita. Bukan saja tidak mati prematur dan bisa meraih umur yang lebih panjang, melainkan juga seperti cita-cita orang di negara maju kini, selain berumur panjang juga tetap sehat (healthy aging).

Source http://berbagi.blogdetik.com/index.php/archives/47

1 comment:

Unknown said...

Thx utk infonya..mampir yuk ke http://elementmtb.com/obat-diabetes-sepeda/